Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Kamis, 26 April 2012

My Story Tonight

Wow, saya akan membuka curhat kali ini dengan membaca basmalah.

Bismilahirrahmanirrahiim

Kamis, 26 April 2012

Ketika 20 tahun lebih 21 hari

"Kakak Isaal", suara itu tampak familiar. Yeah, itu suara Ramdhan, anak manis pecinta kucing yang ada di TPA. Ku buka pintu perlahan.

"Iyaaaa", jawabku pelan.

"Ngajiii yuuuk", ujarnya kembali.

"Tunggu kakak di TPA ya boy", pintaku.

"Okee", balasnya seraya berlari meninggalkan teras kamar saya.

Masha Allah udah maghrib. Manga "Kuroko no basuke" yang sedang kubaca langsung ku tutup.
Dan akhirnya hari ini saya ngajar nih. Setelah kemarin sempet bolos alhamdulillah saya bisa ngajar juga.

Mandi, shalat maghrib dan.... hujan?

"Hujan terobos aja. Itulah totalitas namanya", kata mentor saya waktu itu. Saya selalu teringat kata-kata totalitas beliau ketika diri ini sedang termangu dalam kondisi seperti itu.

Payung?

Saya mengambil payung dan langsung melesat jauh ke tempat itu.
Tunggu payung? Benarkah itu payung?

Saking ngga jelas bentuknya saya malu mengakui punya payung ke orang tua temen sekost saya.  Iya, umurnya sama seperti waktu saya menginjakkan kaki di Bandung karena pertama kali datang langsung beli itu payung.

Next....

Seperti biasa, saya datang ke TPA disambut muka-muka anak-anak yang riuh dan penuh semangat menggelora.

Tapi jumlah yang ngaji kali ini banyak. Lebih banyak daripada minggu lalu ketika saya minggu lalu saya mengajar.

Ada 22 anak.

Alhamdulillah


Belum sempet mengkondisikan adik-adik, saya dikagetkan dengan Ramdhan yang meraung-raung bak macan kelaparan. Dia tampak marah kepada Ilham, kakaknya. Anak manis yang pernah videonya saya masukkan youtube disini  tampak kalap. Dia bantai semua yang mendekatinya.

Sontak saya suruh semua anak ke balkon atas.

Sial, saya seakan menghadapi naruto yang jincurikinya sedang marah. Untungnya anak ini bukan bijuu, jadi saya bisa menahannya walau harus tercakar-cakar juga.


Alhamdulillah, dia lebih tenang.
Akhirnya saya ke atas dan mencoba meyakinkan diri saya bahwa saya bisa menenangkan mereka semua. Walau suara ini hampir habis alhamdulillah kami sempet beberapa kali mengaji bersama surat-surat pendek. Melelahkan, bahkan saya mandi keringat karena terus berteriak mengatur mereka.

Hujan membuat emosi saya cukup mereda. Jujur, saya ingin menghadiahkan bogem sebenernya karena mereka sama sekali ngga bisa disiplin.

"Era ngaji dengan tenang ilang cuy. Adanya ngaji militer ama gue, hwahaha", teriak saya dalam hati.

Jadi ayamku?

Bercanda.


 

Yeah menguras tenaga dan suara banget. Tapi lihat tuh video, lumayan kondusif khan :)

Beberapa anak perempuan yang ababil turun ke bawah. Biasa, seakan mereka ingin caper gitu. Saya cuekin deh. Akhirnya saya ajak mereka membenahi gerakan sholat mereka.

Susah, kondisi tidak kondusif. Ketika berdiri banyak yang maen senggol-senggolan, cubit cubitan, grrrrrr

Dan membutuhkan waktu lama walau cuma mengajari gerakan berdiri pas sholat, posisi kaki dls mpe takbiratul ihram.

Tak terasa Isya telah tiba. Akhirnya salah satu anak adzan dan kami siap sholat berjamaah.

Hujan sedari tadi belum mereda. "Yuk sholat", ajakku.

Beberapa adik-adik mau juga sholat berjamaah.

Di tengah shalat, aku dikagetkan dengan sayup-sayup suara banjir.

"Ya Allah, masak saya hanyut dalam banjir ketika sholat gini, keren banget", pikirku yang akhirnya membuatku memilih surat-surat pendek saja.

Selesai shalat, aku melihat air telah memasuki kawasan musholla kami. Adik-adik yang tadi ngga shalat inisiatif menaikkan karpet ke balkon atas. Beberapa lainnya mencari sendal yang terbawa banjir. Di luar musholla banjir udah mencapai mata kaki lebih sedikit.

Beberapa adik agak ketakutan, "kakak airnya naik, gimana nih"
Namun ada beberapa lainnya yang cuek dan malah main-main air.

"
Heh kalian nanti sakit maen air gituuu", teriakku. Tetapi sedikitpun mereka tak menggubrisku. Kuatirin mereka saya akhirnya takut sendiri. Secara mahasiswa ngga boleh sakit cuy, sakitpun kuota 75% presensi harus jalan terus.

Oh meen, lu bocaaah minta diapain sihh -__-

"Semuanya naik ke atas, yang mau pulang, langsung aja pulang pelan-pelan. Kakak anter yang pulang gantian.

Beberapa anak laki-laki langsung menerjang banjir. Olala....
Uniknya ada beberapa perempuan yang tadinya berbusana muslim cantik ternyata takut basah dan berganti pakaian mini girlband di TV2 itu, hehehehe

Aku mengantarkan sebuah kelompok yang pulangnya searah. Payung yang tadinya ku anggap ngga berguna ternyata ngga berguna, tetep aja basah kuyup -__-

Keren, pertama kali saya berjalan penuh was-was di tengah banjir. Saya hanya ingin memastikan mereka ngga kenapa-kenapa, hanyut kek, dimakan buaya kek, apaan kek gituu... :)

Mereka sampai rumah, saya nganter lagi. Kali ini perempuan.


"Kak Faisal makasih ya", ucapnya ketika sampai di dekat rumahnya sambil tersenyum manis. Cukup meredakan ketegangan juga melihatnya.

Lalu terakhir, saya mengantar anak laki-laki, namanya Ian dan kami tutup pintu musholla dan matikan semua listrik walaupun air tinggal menunggu waktu memasukinya. Hmm melihat rumah Allah tergenang rasanya gimana gitu. Tempat sujud ummat, tempat kami mengaji bersama..............

Pengen sih ngelakuin sesuatu tapi....

Masalah lingkungan, drainase buruk, sampah, polusi. Lu mau ngomong apa aja, tapi di Bandung udah parah.





-------------------------------------
Aku pulang. Menikmati ayam bakar dengan tenang. Dan kutulis cerita malam ini dengan penuh tanda tanya apa yang harus aku lakukan

Cikapundung, sungai di dekat kostku
Sungai lautan sampah [foto tahun lalu]






Kini, bagaimana kondisinya?




Selasa, 24 April 2012

Totalitas, Dimanakah Dirimu?

Satu diantara sekian hal yang membuat kita bisa maksimal adalah sebuah komitmen yang tertuang dalam sebuah totalitas.

Totalitas, dimanakah dirimu?

Termangu aku terdiam membisu

Menantimu bangkit memenuhi jiwaku

Perkenalkan namaku Raffa, bukan nama sebenarnya. Seorang mahasiswa., seorang yang mungkin masih perlu banyak belajar tentang totalitas dalam kesehariannya.

Aku menghargai sebuah totalitas secara mahal, sesuatu yang luar biasa untuk dilakukan. Ia bukan sekadar bersumber dari cinta, atau keinginan yang kuat melaksanakan apa yang harus dilakukan. Ia lebih dari kesadaran, atau melakukan sesuatu tapi tanpa kejelasan yang mendalam. Ia bukanlah ketergesaan, ataupun sekadar keterpaksaan. Lalu siapakah dia?

-----------------------------------
*curcol

Suatu ketika aku merasa banyak agenda. Agenda ini dan itu berdekatan. Semuanya berbaris rapi seperti semut di dinding kamar. Ada jeda sih, tapi ada sesuatu yang susah dijedakan. Apakah itu?

Pas lagi ngerjain agenda pertama, pikiranku melayang karena agenda kedua blm siap,,, Pas ngerjain agenda kedua, hp berbunyi jadi pikiran kesana kemari. Haduhhh jadi ngga fokus dan ngga maksimal.

Padahal totalitas pengen bgt dilakukan tapi...............

------------------------------------

Demikianlah. Totalitas bukan semata-mata lahir dari perencanaan, tetapi implementasi yang sungguh-sungguh di lapangan. Saya baru menyadari, ketika kita masuk ke ranah agenda pertama, kita harus fokus melakukan agenda itu sebaik-baiknya. Jangan dipotong-potong untuk agenda kedua, ketiga dst saat yang penting dan genting.

Banyak hal yang akan dikorbankan ketika totalitas tidak kita lakukan.

Waktu  dan tenaga yang terbuang
kita sudah merasa menyisihkan waktu di antara padatnya agenda yang ada. Tetapi apa apa yang kita lakukan sepertinya tak tampak hasilnya sesuai keinginan semula. Padahal sang waktu begitu mahal untuk dibuang-buang, dan harusnya waktu yang kita sisihkan bisa mencapai targetan yang kita harapkan sesuai awal ketika kita membuat agenda tersebut.

Juga tenaga kita, nikmat kesehatan yang kadang-kadang kita pandang sebelah mata.

Ukhuwah dengan sekitar
Kita melakukan banyak kegiatan pasti berhubungan dengan orang lain. Dan ketika kita merasa melakukan yang terbaik sementara patner kita seperti ala kadarnya saja, ogah ogahan, bagaimana perasaan kita?

Hal yang sama boleh jadi kita lakukan jika totalitas tidak kita berikan. Melukai orang lain, mengecewakannya atau mungkin bisa merusak hubungan baik kita dengan mereka.

Sebuah kisah tentang dari Rasulullah ketika berinteraksi dengan orang lain. Semua orang yang berinteraksi dengan Rasulullah selalu merasa dirinya istimewa di depan Rasul. Mengapa? Karena memang Rasulullah memperhatikan, mendengarkan dan menghargai orang tersebut hingga pembicaraan itu selesai.

Lihatlah, Rasulullah aja pas ngobrol selalu totalitas. Gimana pas ngelakuin hal lain coba. Subhanallah sekali bukan?

3. Penyesalan
Setelah tenaga, waktu dan pikiran kita curahkan tetapi rasanya kok ngga ada perubahan.

Jenuh? Galau? Nyesek?

Ujung-ujungnya nyesel khan.

Syukur deh kalau nemu masalahnya apa dan bisa dievaluasi. Tapi kalau ngga sadar bisa berbahaya.
Bukan cuman buat diri kita sendiri tetapi orang lain juga.

-----------------------------------------------

Totalitas
Ia adalah azzam, sebuah tekad kuat yang diiringi implementasi yang sungguh sungguh dengan penuh keikhlasan.
Karena berhubungan dengan keikhlasan, tentunya ia berhubungan dengan level ruhiyah kita saat agenda itu kita jalankan.

Emang iya?
Wallahu A'lam

Ngga tau sih, tapi aku ngerasa gt cuy......

Satu diantara quote yang aku sukai, dan ada dalam bagian atas blog ini.

Artinya kira2 gini
Kita ngga akan bisa balik lagi dan membuat sebuah permulaan baru. Tetapi kita bisa memulai saat ini dan membuat akhir yang baru.

Yuk semangat cuy :D

Jadikan hari esok lebih baik