Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Selasa, 30 April 2013

Ketika Bersama Wajah Teduh

"Salam kenal", ia memberikan salam sembari menjabat tangan seusai menyebutkan namanya. Beragam respon terlihat dari wajah-wajah muda. Kaku, dan asing. Mungkin karena ini yang pertama. Nongkrong di tempat seperti ini untuk berbincang? Well.

Mereka berbincang ringan. Wajah teduh mengatur pembicaraan. Ia pandai. Terkesan dari bobot pembicaraan yang dalam tetapi tidak menjemukan. Walau ini pertama kali berjumpa, rasanya dekat dan akrab. Memang pertemuan kali ini bukanlah kebetulan. Allah telah merancang. Namun, kesediaan semua wajah menghadap membuat yang hadir disana adalah orang-orang pilihan. Bukan sembarangan. Dan wajah teduh itu meyakinkan semuanya.

Pertemuan kedua, kali ini lebih bersemangat. Tepatnya penasaran. Apa yang hendak wajah teduh sampaikan. Satu persatu wajah-wajah penuh gelora muda ini belum bisa menerka. Mereka kembali berkumpul dan melingkar. Ternyata wajah teduh telah sampai lebih dahulu. Ia jabat tangan semuanya, ucapkan salam dan tanyakan kabar. Doa pembuka dipanjatkan. Dan mulailah pertemuan kali ini.

Setelah mendapatkan hal tak terduga tentang keimanan dan keislaman sebelumnya, kali ini wajah-wajah muda kembali penasaran. Apalagi ketika rerumputan menjadi saksi pertemuan yang kedua. Ternyata wajah teduh kali ini menceritakan tentang niat dan ikhlas. Hal yang sebenarnya bukan tidak diketahui wajah-wajah muda, namun sering terlupa. Wajah teduh sambil tersenyum menyampaikan, "Al imaanu yazidu wa yankus", dia suatu kali juga pasti tersilap dan khilaf. Sehingga ia menuturkan agar tak pernah menutup pintu nasehat dari siapa saja, terlepas siapa yang muda ataupun tua, karena saling menasehati dalam kebaikan ibarat investasi kehidupan.

Pertemuan demi pertemuan selanjutnya bersama wajah teduh semakin menarik untuk disimak. Wajah-wajah muda tak pernah absen bersamanya. Mereka kian bersemangat mencari tahu, dan mengutarakan opini yang mungkin keliru. Masalah yang ada pun dibahas bersama, dan wajah teduh selalu mengambil referensi dari Quran dan sunnah Rasul-Nya. 

Satu hal yang tak terasa, ada yang berbeda ketika pekan demi pekan berlalu. Wajah-wajah muda merasa berat untuk menjauh dari Sang Pencipta. Sehari tanpa tilawah ataupun sholat berjamaah. Wajah teduh memang tak selalu mengajak dengan kata-kata. Tetapi selalu tersirat dari wajahnya, dan tergambar dari cerita-ceritanya betapa nikmatnya menghiasi iman dengan ibadah.

Ketika wajah muda bertanya, "Kak, aku ingin menjadi sepertimu nanti", wajah teduh mengelus kepalanya. Ia merendahkan dirinya. Katanya, ia bukan apa-apa tanpa Allah yang menuntunnya. Seorang lainnya berkata, "Kak, terima kasih ya", sambil tersimpul senyum dalam wajahnya. Wajah teduh dengan kata-kata yang menentramkan. Jabat tangan, salam dan senyum yang manis di tiap pertemuan. Dan ajakan bersama teladan yang menggugah.

Wajah teduh menjawab, "Berterima kasihlah pada Allah. Kebaikan apapun yang kakak sampaikan hanya berasal dari Allah.  Juga kepada Rasulullah, serta para orang-orang yang senantiasa menjaga nikmat iman dan islam ini hingga kakak juga berkesempatan untuk berbagi dengan kalian".

Akhirnya, tibalah saatnya berpisah. Wajah-wajah muda terasa berat awalnya. Namun wajah teduh hanya berujar, bahwa hanya itu yang ia miliki dan saatnya mendapatkannya dari orang lainnya. Ia meyakinkan, hidup kita itu singkat. Jangan hanya berpuas melangkah jika bisa berlari. Raih keinginan, namun selalu ingat semuanya akan kembali kepada Ilahi.

Akhirnya semua wajah wajah muda mengikhlaskannya. Mereka berpamitan dan pergi. Di dalam hati, mereka saling mendoakan. Ketika bersama wajah teduh memang tak terlupa. Wajahnya tak hanya teduh, namun meneduhkan. Bersamanya, ketika masalah datang dan ada seperti biasa, keyakinan bahwa Allah bersama hamba yang shalat dan sabar juga makin besar. Dan kini saatnya mengukir cerita bersama wajah teduh lainnya. Semoga semangat yang sama tetap berkobar.











Sabtu, 20 April 2013

Sang Amanah





Namaku terpampang indah disana khan? Cihuyyyyy

Kertas tadi memang biasa. Namun isinya yang luar biasa. Maknanya tidak biasa. Dan nilainya yang tak tertukar dengan apa saja. cieee

Tahukah kalian, apa yang pertama kali ku pikirkan ketika mereka (baca: dewan formatur) memilihku? Jingkrak-jingkrak? Nggaklah. Nangis karena nambah kerjaan baru lagi? Nggak juga. Sedih karena berkurangnyawaktu buat nonton anime, baca manga, maen PES dan hal GJ lainnya? Mungkin saja, hehehe

Entah kenapa saat itu aku merasa senang. Allahu robbi, aku senang dengan sang amanah sebenarnya aku sendiri tidak pernah memimpikannya, apalagi sedikitpun merasa mampu mengembannya.


Terlintas terpikir, kapan ya aku akan mengundurkan diri setelah ini? Hingga berapa bulan ya, aku akan kehilangan satu persatu orang yang akan berjuang bersama disini? Apa saja ya program kerja yang hanya jadi pemenuh presentasi musyawarah kerja namun tak terlaksana nanti? Berapa? Kapan? Apa? Bukankah aku sendiri sudah pengalaman menghilang diam-diam? Bukankah tidak pernah menjadi pemimpin sebelumnya? Selalu kabur jika ada yang susah? Jadi....




Namun, pemikiran itu salah. Itu tidak terjadi. Robbi, telah berburuk sangka. Genap enam lima bulan aku memegang sang amanah. Alhamdulillah. Sedikitpun tidak berpikir untuk mundur selangkah saja. Bertemu teman-teman yang luar biasa. Mimpi yang bertambah satu persatu setiap harinya. Semangat, dan terus semangat untuk lebih baik lagi dan lagi. Sungguh indah.

Ketahuilah para pembaca. Bahkan sampai sekarang, beberapa orang masih terheran ternyata aku yang memegang sang amanah.Walaupun sejujurnya, aku tidak peduli keremehan orang, karena aku sendiri merasa pantas untuk diremehkan. Aku justru merasa lebih hidup dengan cacian, kritikan dan remeh temehan. Entahlah. Mungkin karena aku orang yang mudah terbuai oleh pujian, yang sebenarnya perlahan mematikan. Cepat atau lambat, tinggal menunggu waktu.


Terkadang aku ingin melakukan sesuatu

Namun di waktu yang sama tak tahu 

Apa yang kuhasilkan dari pengasinganku

Siapa yang kutunggu dalam diamku


Aku memang takkan bisa berbuat banyak. Aku menyadarinya sejak awal. Jadi, aku tidak takut tak banyak bermanfaat. Menjadi penonton, backup eksekutor atau sekadar pemberi semangat. Aku tidak takut. Sungguh. Namun, aku hanya takut kehilangan semangat untuk berusaha memberi manfaat.


Ketika bisa namun aku enggan melakukannya. 
Ketika salah sementara enggan bermuhasabah atasnya, 
ketika ia sedang lemah tetapi enggan menguatkan dirinya.
Lalu bagaimana kabarmu, amanah...?

Sang amanah takkan pernah memilih orang yang salah, katanya. Memang demikian. Sang amanah takkan pernah diberikan pada orang yang salah. Hanya terkadang, ia perlu diberikan kepada mereka yang pantas. "Yah pantaskan diri donk", sayup-sayup terdengar.suara anggota Raffa Fansclub memberi semangat. Emang ada? hihi :p

Dan poin itu hadir dari proses pemantasan diri. Sang proses ternyata tak cukup lahir dari sebuah sistem dan akan menjadi output lebih baik. Ia tetap membutuhkan input. Masalah, konflik, petuah, dan apapaun yang bisa dipetik tuk dijadikan pembelajaran dan masuk dalam proses itu. Walau bagaimanapun, ada batas ketika kita menerima input mengolah berdasarkan sistem dan membuat output seperti yang diharapkan. Batas yang hanya bisa dipecahkan melalui usaha keras, dan pengorbanan yang selaras. Dan yang terpenting, biidznillah. Dengan izin-Nya, Sang Penguasa.

Seorang pemimpin tak selalu harus yang terbaik, namun harus selalu mempu membuat sekitarnya menjadi lebih baik. Alhamdulillah, mungkin sang amanah tidak sedang dipimpin oleh kualitas yang sama seperti sebelumnya. Ya, pendahulu terkesan selalu lebih mempesona. Aku dalam posisi ini, ataupun engkau dalam posisimu masing-masing, mungkin mengalami hal yang sama kawan. Kita mungkin tidak bisa sehebat pendahulu kita, namun ingatlah kita masih bisa menjadi lebih baik dari kemarin. Biarkan orang membanding-bandingkan, karena mereka tidak bisa menyediakan surga untuk kita, mereka tidak bisa menyediakan pahala, ataupun kebahagiaan yang sempurna.

Selagi ada 1% peluang, maka sebenarnya dalam ilmu matematika itu masih bisa, apalagi untuk Allah, apa sih yang tidak bisa.




Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya. (Umar bin Khattab ra)


Terus musahabah, terus berkarya..
Karena mungkin lewat amanah yang Ia titipkan pada kita..
Terselip rahmat dan kasih sayang..
Agar kita lebih mendekat kepada-Nya..
Memohon kepada-Nya..
Mengadu dan meminta petunjuk dari-Nya..
Hingga tanpa terasa suatu ketika,
Sang amanah telah saatnya bermuara,



Allah memang selalu memberikan apa yang kita butuhkan, walaupun tidak selalu itu yang kita inginkan. Mungkin juga tentang sang amanah. Lalu bagaimana denganmu kawan? Maukah percaya jika amanahmu adalah jalan dari-Nya untuk membuatmu lebih baik? Saking besarnya rasa sayang yang Allah miliki, hingga masih mau mempercayaimu, memberimu kesempatan. Padahal Dia yang paling mengetahuimu, apa yang dibalik busuknya hatimu, jahatnya niatmu, khianatnya janjimu, namun Ia tetap mempercayaimu. 




Senin, 15 April 2013

Watashi wa Anata na Shinjite iru, Minna-san

Kepercayaan adalah salah satu kekuatan ternyata. Ketika aku menceritakan peliknya momen di awal saat itu, sahabat pena sekaligus kakak dunia mayaku, Kak Tata memberitahuku. "Kamu harus belajar percaya dengan orang lain. Apalagi mereka teman-temanmu dek", begitulah kira-kira katanya.

Dan memang, ketika dirasakan The power of faith benar-benar meringankan beban. Karena semakit rasa kecewa yang ada, justru semakin menjadi-jadi dampak buruknya. Emosi tidak lagi stabil. Mudah tersinggung. Mudah marah. Jarang tegur sapa. Dan yang paling bahaya ketika kebencian menyerang. Disertai amarah yang sebenarnya justru membakar kebaikan. Ketika kebaikan-kebaikan yang ada terbakar dan jadi arang, lalu apa yang kita dapatkan kecuali kerugian besar?



Nabi Muhammad S.A.W. bersabda : ” telah terjangkit kepadamu penyakit umat-umat yang sebelum kamu, yaitu: dengki dan mudah tersinggung. Mudah tersinggung itu adalah ibarat gunting. Aku tidak mengatakan gunting rambut, akan tetapi gunting Agama. Demi Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya ! engkau tidak akan masuk surga, sehingga engkau beriman. Dan kamu belum tergolong insan yang beriman, sebelum kamu kasih mengasihi. Sudahkah aku beritakan kepadamu , apa Yang menetapkan demikian bagimu? Tebarkan Salam di antara kamu ! ”( H R : Turmudzi dan As Zubair ) 

Lalu sebaliknya, jika kepercayaan itu dikukuhkan. Pemikiran positif terus datang, dan akan memicu semangat diri untuk terus dan terus memperbaiki diri. Sebaliknya jika menyalahkan orang lain, dan belum tentu mereka merasa bersalah, bukan solusi muaranya.

Berikut adalah percakapan suatu ketika ketika rapat divisi yang diketuai C hendak dimulai. Temannya, A tidak hadir padahal acara mereka sudah dekat dan pekerjaan mereka cukup berat.

C : "Kawan-kawan ada yang tau ngga kenapa si A tidak hadir?"
B  : "Ahhh kayaknya ketiduran lagi tuh bocah. Parah gue udah capek-capek bangun pagi. Mandi. Nungguin daritadi. Masak ngga bisa profesional sih."
C: "Oh mungkin agenda lain bro. Saking pentingnya, lupa menginformasikan izin tidak bisa ikutan. Yuk kita doakan aja semoga Allah melancarkan agendanya sehingga di rapat kita lain kali bisa hadir.
B: "Ah ngga kok, cuman dianya aja. Semalem aku berpapasan ama dia kok. Jam 12an di depan PGA. Dia naik motor kayaknya habis seru-seruan tuh"
C: "Kok kayaknya. Belum tentu juga khan. Kita main-main deh nanti habis rapat ke rumahnya, ngecek tanya kabarnya sekalian silaturahmi sebelum berprasangka.
B : Tapi bener kok C, saya tahu sendiri dia ambil banyak amanah di luar. Mungkin udah setengah hati bersama kita disini.
C : Oh ya. Jika benar, luar biasa sahabat kita khan itu. Amanahnya banyak mungkin di luar, artinya banyak orang yang mempercayai dia. Jika orang lain bisa mempercayai dia, mengapa kita saudara seperjuangannya juga enggan percaya. Dia temen lu khan sob? Temen kita khan?
B : Hmm, iyasihh. Tapi khan... enak aja dia lari tanggungjawab ini.
D : Belum tentu lari sih, kadang kita pengeeen ngelakuin sesuatu, tapi kita emang lagi dalam kondisi nggak bisa.
C : Yup, dan keinginan itu kita sendiri nggak tahu. Sayang kalo menjudge dia macem-macem.
B : Trus gimana nih kerjaan kita makin berat.
C : Artinya kita harus lebih kerja keras.
D : Setuju! Kita percaya aja, Allah beneran ngga ngasih ujian yang selalu sanggup dihadapi hamba-Nya.
B : Tapi kalo ngga selesai gimana nih?
C : Khan belum dilakuin. Yuk dicoba dulu semaksimal mungkin.
D : yuk. Gue setuju
B : Oke deh.

Indah bukan cuplikan percakapan singkat di atas? :)

Mungkin ada jutaan alasan untuk menyalahkan orang lain, namun ada ratusan juta alasan lainnya untuk tetap mempercayainya.

CEO BM ITTelkom, kak Fardan pernah berkata, "Akhi, kita tidak akan pernah tahu titik balik dari teman kita. Terus dan terus diingatkan. Sabar. Karena hidayah hanya Allah yang tahu, bukan kita yang menentukan".

Dan sebuah pelajaran dari surat yang pendek dan mudah dihafal, namun sangat dalam dan luar biasa.

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.


Susah ya? Memang. Bukan perjuangan namanya kalau enggan bersusah payah. Bukan pengorbanan namanya jika enggan bersabar. Dan mungkin pengorbanan dari hati, akan menyentuh hati lainnya.


Langit yang begitu menjulang indah
Gunung yang begitu kokoh nan kuat
Justru manusia yang Allah beri amanah
Jika Allah saja percaya kita, mengapa kita enggan mempercayai saudara kita
Terus dan terus belajar lagi yuk bersama


“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. ....” (QS Al-Ahzab: 72)




 2013, I BELIEVE WE CAN, 
How About You?




Senin, 08 April 2013

Otanjoubi Omedetou Myself




Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Sebanyak apapun ucapan syukur takkan bisa mengimbangi karunia yang Allah beri hingga saat ini. Betapapun badungnya saya, nakalnya saya, bandelnya saya, Allah masih senantiasa menyayangi saya. Dia tetap percayakan keluarga, sahabat, dan berbagai amanah yang sejatinya selalu mendukung saya untuk menjadi lebih baik lagi.

Oke.



Di umur 21 saya, keren juga sih kalo dapet rekan robot seperti Jiro di film "She Cyborg". hahaha

Tapi that's just dream.

Gue punya banyak impian di sisa hidup gue.

Dan semuanya kini tidak membutuhkan tambahan kuantitas, cuman kualitas.

Selagi jembatan emas belum bisa kudaki, mimpi itu akan sirna perlahan. Maka tahun ini aku ingin mendaki, mendaki jembatan itu.

Keren banget. Sesi inspiring gue terjadi pas banget ngobrol ama Mas Yusuf dkk di Lab Antena, ama ngobrol ttg MQ bareng ka Faisal, Fardan dan Rio.

Dan dua kejadian dalam satu hari itu membahas hal yang sama, tentang jembatan emas.

Jembatan itu berisi kedispilinan, komitmen, pengorbanan.

Untuk mendakinya, I need more love guys.

Ya, tahun ini adalah pembuktikan. Apa sih arti cita-cita buat gue. Seberapa cinta sih gue ama cita-cita yang gue miliki?

Kepada aku suatu hari nanti.
Lihatlah
Aku akan dai perlahan lahan jembatan itu.
Kau yang tersenyum kala itu
CObalah ingat hari ini aku menuliskannya untukmu





Kamis, 04 April 2013

Mencari Cinta Yang Hilang

Ketika, sekitarmu tlah memberikannya, sudahkah kau membalasnya?
Katanya hidup tanpa cinta ibarat sayur tanpa garam. Tak ada rasa. Tak ada yang istimewa. Begitu pentingnya tentang cinta hingga sejak dahulu, sekarang dan mungkin yang akan datang ianya masih akan menjadi tema utama yang kan selalu ditunggu penikmat seni, baik berupa seni audio, visual maupun audio visual. Itu hanya gubahan opini manusia. 

Jauh sebelumnya, Sang Pencipta tlah mengajarkan cinta sejati yang takkan terperi. Ianya tlah memberi sebaik-baik cinta yang tak mengharap balas kasih. Fa bi ayyi alaa irobbikuma tukadzibaan. Dan ia tlah tentukan jalan bagi rezeki manusia, umur, jodoh dan lainnya. Hingga tersisa bagian-bagian yang kita sendiri harus merangkainya tuk menemukan muara cinta yang sesunggguhnya.

Bertahun-tahun kita hidup, pastilah kita tlah merasakan cinta dari sekitar kita.

Dari orang tua. Ibu dan Ayah yang jasanya takkan pernah bisa dikatakan lagi. Keluarga, yang selalu mendukung di tiap langkah. Saudara/i yang selalu mengidolakan dan mengharapkan yang terbaik untuk kita. Belum lagi teman yang kita temui di tiap persinggahan dalam perjalanan ini. Cinta.

Aku tertegun hari ini ketika mendapati tak ada cinta yang bisa ku beri. Belum rupanya. Belum ada yang bisa maksimal apalagi optimal. Semuanya masih mudah terombang ambing keinginan sesaat yang sebenarnya hanya menyakiti cinta. 

Lalu, bagaimana denganmu? Adakah diantara kuliah dan amanah lainnya tlah dilakukan dengan penuh cinta? 

Sederhananya, ketika kita mencintai sesuatu pengorbanan takkan pernah terungkap kata, lelahnya raga terasa istimewa, keringat bercucuran bukan apa-apa, keluh kesah hanya masalah lidah.

Dan semua di atas hanya masalah rasa. Rasa yang boleh jadi tumbuh dan menghilang tak tentu. Jadilah ini semua berhubungan dengan komitmen tentang cinta. Seberapakah cinta? Atau seberapa dalam kita memaknai cinta?

Jadi jangan bilang cinta, jika dalam tutur kata ini masih ada ketidakikhlasan.
Jangan bilang cinta, jika keluh kesah ini malah menjadi lumrah bagi lidah.
Jangan bilang cinta, jika langkah ini masih berat kesana kemari padahal memang itu tugas kita.

Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berjihadlah dengan harta dan jiwa pada jalan Alloh. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”     (QS. At-Taubah [9] :41)

*jihad = berjuang dengan kesungguhan yang sesungguhnya 

Hidup ini singkat.
Maka mari isi segalanya dengan cinta yang sebenar-benarnya cinta kepada sekitar kita.




Cinta kemanakah engkau gerangan?
Bahkan langkah ini, tatapan ini, gerakan ini takkan sama tanpamu
Duhai yang Maha Cinta
Anugerahkan kepada kami kesitiqomahan dalam jalan-Mu
Bekerja, belajar, bergerak apapun itu

Ya muqollibal quluub, 
tsabbit qalbi alaa dinii
tsabbit qalbi alaa tha athi

Wahai engkau Sang Pembolak balik hati
Teguhkan hatiku kepada agamamu
Teguhkan hatiku atas ketaatan kepadaMu