Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Jumat, 31 Agustus 2012

Jalan Sang Pemenang





Mengubah segalanya...
Sang pemenang dengan apa yang didapatkannya...
Kebanggaan, kehormatan, kekayaan,
atau mungkin jabatan penting pun disandangnya..

Tetapi dahulu ketika jalan terjal berliku..
Menahan pandangnya jadi terpaku..
Bisakah aku? Bisakah Aku?”, ucapnya kaku..
Ia tahan harapnya walau kan harus membeku..

Karena dengan itu, semangatnya kan tetap menggebu
Diantara kejamnya jalanan terjal nan berdebu
Menggerus dada, menyayat kalbu
Namun, kan selalu ada jalan tuk sang pemenang, selalu, bagaimanapun itu



Keterbukaan era informasi membuat kita mendapatkan banyak hal dari dunia ini. Ada yang buruk, namun juga ada yang baik dan menginspirasi. Perlahan namun pasti, beberapa kisah sang pemenang silih berganti diungkap oleh media. Beberapa diantaranya sangat luar biasa. Karena bagi orang kebanyakan mungkin tidak bisa, dan tidak mungkin terlaksana. Namun nyatanya, jalan itu ada, dan atas izin Allah menuntun mereka ke pintu kemenangan yang tidak terduga.

Namun sejatinya yang penting bukan sekadar kisah mereka yang diangkat ke layar lebar, menghiasi layar kaca dan memenuhi kolom inspirasi media masa. Mereka yang berkisah pun tentulah juga ingin kisahnya bisa menggugah, bukan hanya membuat orang lain ikut kagum dan bangga. Betapapun banyaknya dan hebatnya kisah itu bisa jadi tak mengubah apa-apa. Padahal tak semua saudara kita di negeri ini bisa mengetahuinya. Masih banyak yang kurang beruntung dengan keterbatasan informasi di daerahnya. Sayang sekali bukan...?

Diantara jalan para pemenang, takkan lepas dari keberuntungan. Dan kebanyakan kita mungkin masih menganggap bahwa slogan “from zero to hero” benarlah cukup membutuhkan banyak keberuntungan. Tetapi pasti ada pengorbanan disana bukan?

Dengan kesungguhan, sesuatu yang tidak mungkin atau tidak bisa jadi sebaliknya. Banyak orang bijak demikian berujar. Tetapi kadang, memang susah melakukannya. Memang melihat para pemenang, ada sesuatu yang mereka miliki dan boleh jadi tak ada pada kita, yah kesungguhan itu.

"Apa harus menderita dulu baru gigih untuk maju le?"

Pertanyaan itu ada dari Bapakku. Aku terdiam tanpa menjawabnya. Dengan kondisi yang lebih baik, semua fasilitas ada, semua jadi kian mudah tentunya. Namun mengapa tak sesuai ya?

Sementara melihat para pemenang yang lahir dari ketiadaan seakan bagi mereka jadi mudah?

Apakah mereka hanya salah satu bentuk kuasa Allah dengan keajaiban yang diberikan-Nya?

Lalu, apakah harus menderita dulu? Apa harus from zero to hero?

Kenapa nggak bisa from fifthy to hero? atau bolehlah from hero to hero?


Ternyata semua kembali ke pribadi masing-masing kawan. Karena Allah tidak akan mengubah nasib kita, kecuali kita sendiri berperan dalam hal itu.

Yah, dengan apapun yang ada di sekitar kita, tetap kembali kepada kita sendiri akhirnya. 

Ketika kita bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita dengan baik, fasilitas, kekayaan, kemampuan lainnya,,,

Memanfaatkan dan menciptakan peluang dengan usaha kita yang tak kenal lelah,

Tentu dengan tak lupa dengan senantiasa mengharap ridho-Nya

Sudahkah mencoba? Karena mereka di luar sana mencobanya dan bisa... Lalu mengapa kita tidak bisa?
Semoga kita selalu dapat berpikir bahwa 

"Susah bukan berarti tidak bisa, maka mencoba kan selalu jadi langkah luar biasa :D "

aamiin.
Jangan lupa kawan, ternyata sejak awak kita adalah pemenang, sejak memenangi adu cepat menuju rahim Ibumelawan sperma-sperma lainnya. Sejak berjuang melawan maut sebelum hadir ke dunia di tengah angka kelahiran bayi di Indonesia yang masih rendah. Dan sejak fakta perjuangan lain yang kita miliki masing-masing. Sejak awal kita sudah menjadi pemenang, dan kenapa tidak kita lanjutkan?

 



Selasa, 28 Agustus 2012

Sarjana dan Profesionalisme


Catatan Geladi Part 2

Geladi adalah program kurikuler bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan minimal 4 sks di Institut Teknologi Telkom.

Lumajang. Kota kelahiranku ini menjadi tempat geladiku. Memang berbeda dengan teman-teman lainnya yang berkesempatan merasakan geladi di kota-kota besar, aku mendapat kesempatan geladi di kota sendiri yang bisa dibilang kota berkembang, wkwkwk

Mungkin jika geladi di tempat lain bisa menikmati suasana kota, bertemu dengan perangkat-perangkat baru nan canggih, para pegawai berpengalaman dengan segudang gelar untuk membimbing di lapangan. Tetapi alhamdulillah, apapun yang kutemui selalu ada alasan untuk bersyukur kepada-Nya.

Aku geladi disini sendiri, jadi temanku berbagi hanyalah anak-anak SMK yang sebenarnya juga tidak mengerti apa yang sedang mereka kerjakan. *jeduuuar

Yeah maklumlah mereka rata-rata kelas 1 dan 2,,, masih ababil banget khan... Serunya jadi ikutan ngerasa a be geh lagi gitu wkwk. Kadang rada kasian juga ngeliat muka-muka mereka kayak ngeliat eksploitasi bocah yang dipekerjakan. Tetapi ada yang berbeda jika melihat kerja keras mereka, jika dibandingkan kenangan SMA saya yang mungkin terlalu santai. Padahal berapa lulusan SMA yang tidak bisa kuliah sementara tuntutan di luar sudah begitu tingginya?

It's about profesionalism

Disini (tempat geladi gue) peralatan yang ada juga terkesan memang berumur. Pengadaan baru segala hal memang diperketat, bahkan saat saya geladi pernah tuh ada pengadaan MSAN baru. Dan itupun ternyata cadangan MSAN dari daerah Surabaya Selatan. Jadi bukan barang baru.

Contoh lain misalnya masalah kabel nih. Entah kabel tembaga ataupun fiber optik semua tercatat rapi. Jumlah kabel yang diminta baru oleh Pekerja Operasional Jaringan (POJ), yakni mitra Telkom masalah jaringan harus sesuai dengan kabel rusak yang mereka setorkan. Padahal ada kalanya permintaan kabel baru lebih besar daripada kabel rusak yang disetor ke kantor. Karena pencurian misalnya. Entah dijadiin kawat jemuran atau benang layangan, pencurian kabel tembaga masih sering aja terjadi.

lautan kabel di Std Tempeh Lumajang

Untunglah pegawai Telkom memahami situasi yang ada di Telkom sekarang ini, yang tidak seadidaya dahulu kala. Meskipun beda area kerjanya mereka saling kooperatif tentang peralatan seperti itu. Mereka merasa satu tubuh, jadi saling membantu dan menguatkan meski beda daerah, ngga kenal dan ngga pernah ketemu. Mereka dipertemukan oleh satu hal, yakni profesionalisme kerja. Catat ini!


Dulu pernah ngira, Telkom yang notabene sebuah BUMN yang cukup terpandang pastilah diisi oleh banyak orang-orang bergelar hebat. Namun dari geladi ini saya baru sadar, bukan gelarlah yang menjamin kehebatan, namun profesionalismelah yang menciptakannya.
Yeah tidak semua yang duduk di jajaran Telkom Lumajang memang berasal dari dunianya. Mayoritas pegawai lama hanya lulusan SMA atau SMK. Tak semua mengenal konsep jaringan, transmisi dan telekomunikasi dari dosen mereka di bangku kuliah. Bahkan dari beberapa orang yang menduduki jabatan officer 2 ke atas (hingga 4) hanya posisi Asman saja yang mengenyam bangku perkuliahan.

Ketika mendapat penjelasan tentang teoretis selama geladi pun memang terkesan sekali mereka belajar dari lapangan, bukan dari buku-buku tebal perpustakaan. Bayangkan, betapa susahnya perjuangan mereka dahulu. Padahal dengan buku dan dosen yang ada pun terkadang mahasiswa prodi telekomunikasi masih mengeluh.

Menjalani pekerjaannya, hari demi hari serasa merangkak perlahan dari bawah. Dengan segala kompetensi tentulah pengabdian itu ingin diimbangi oleh apresiasi berupa kenaikan pangkat, jabatan dan tentunya gaji. Namun seorang sarjana bisa saja melampaui mereka. Tak perlu waktu mengabdi sepanjang mereka, seorang sarjana akan lebih mudah mendapatkan promosi di Telkom, begitu diungkap beberapa karyawan yang saya ajak berbincang.

Sarjana? Yeah, semacam kita ini. Dengan gelar ini, kita sebenarnya memiliki nilai lebih. Namun nilai itu bukan dari IPK kita saja yang membuat kita bisa lebih.

Dengan gelar, kita mungkin akan dipercaya menduduki jabatan lebih tinggi dari mereka, namun bukan gelar yang menjadikan kita bisa memimpin mereka. Mengarahkan orang-orang yang lebih senior berkecimpung di dunia kerja, lebih tua, lebih kaya pengalaman dan lain sebagainya.

One of we need, is profesionalism

Ketahuilah kawan, jika semua orang di Indonesia bisa mengenyam pendidikan tinggi. Belum tentu kita hari ini ada disini.
Maka bergeraklah atau kau akan tergantikan.
Sarjana atau bukan, profesionalisme bekal kuat dalam menghadapi persaingan





Sabtu, 18 Agustus 2012

Maaf

Diantara langkah demi langkah sejak saat itu..
Tangisku meledak-ledak memecah pilu ...
Kau lahirkan sesosok bayi mungil penuh cinta..

Dari rahimmu, wahai muslimah yang tak kenal menyerah...

Di saat seperti ini..
Kala takbir menggema ke segala sisi...

Kau kuatkan diri menahan sakitmu..
Meregang nyawa demi buah hati yang tlah lama dirindu..

Ketika malam takbir seperti ini, banyak hal yang masuk dalam pikiranku. Satu diantaranya, mengingatkanku atas peristiwa 5 April, sekitar 20 tahun lalu.

Seorang lelaki tampak kebingungan. Keringatnya bercucuran.Saat itu engkau hendak melahirkan. Sementara tak banyak uang ia punya karena pekerjaan tetap yang belum ada. Ia kesana kemari mencari pinjaman, alhamdulillah Ibumu memiliki tabungan dan sama sekali tidak keberatan membantu proses kelahiran cucu pertamanya.

"Operasi harus dilakukan!", kata Dokter, membuat suasana semakin tegang dan hanya bisa berdoa kepada Sang Penguasa Kehidupan.

"Tidak ada jalan lain. Proses kelahiran sudah terlalu lama. Posisi bayi sungsang dan susah untuk dilahirkan secara normal seperti biasa. ", tambahnya.

Lelaki itu tampak berkonsultasi dengan Ibumu, dan beberapa kerabatmu yang ada disana. Ia tak tega melihatmu yang tampak lelah berbaring terlalu lama.

"Lakukan Dok, bismillah", ucapnya dengan pasrah.

Sang dokter pun langsung melakukan tugasnya.

Malam itu pekik takbir terdengar membahana...
Maklumlah Ramadhan telah berada pada ujungnya..
Walau perjuanganmu jauh dimulai sebelum saat itu..
Semua terduduk dan bertakbir sembari menunggu operasimu berlalu.. 

 Dan akhirnya ...........................



"Alhamdulillah telah lahir putera pertama kami, pada hari Ahad, 5 April 1992, 1 Syawal 1412 H . Kami namai dia Muhammad Faizal Ramadhan, semoga menjadi anak yang shaleh, berbakti dan berguna bagi keluarga, agama, negara dan orang-orang sekitarnya", tulis lelaki itu dalam sebuah halaman buku catatannya.

Catatan : Pada tahun 1992 (1412 H), ada yang berhari raya Jumat (3 April) mengikuti Arab Saudi, yang Sabtu (4 April) sesuai hasil rukyat NU, dan ada pula yang Minggu (5 April) mendasarkan pada Imkanur Rukyat. 

Hingga akhirnya, bayi itu terus tumbuh dan tumbuh, hingga berkesempatan membaca catatan itu, dan menuliskan tulisan ini.

Ia kini sudah akan memasuki masa dewasa. Masa ketika kesulitan semakin kompleks dan mengisi dan ada di tiap detik-detiknya.

Namun ia masih rapuh. Dengan semua yang ada di hadapannya. Harapanmu bersama lelaki itu, mungkin tak bisa diwujudkannya. Belum! Sekarang, ia terus berjuang untuk menjadi harapanmu. Untuk membentuk  dirinya menjadi sosok yang shaleh, berbakti, dan berguna seperti mimpimu yang takkan berubah. Sedari dulu ketika berjam-jam menunggunya tak kunjung lahir dari rahimmu hingga kini ketika kau bersitkan rindu dalam doamu.

Maafkan aku ya Allah...
Beri aku kesempatan lebih...
Untuk wujudkan harapnya seperti dulu dan kini,,
Agar tiada sesal diri ini ada disini...

Jauhkan diri ini..
Dari setiap hal yang membuatnya kecewa dan sedih...

Kuatkan aku dalam jalan-Mu.. 
Wahai Sang pembolak-balik kalbu..









Rabu, 08 Agustus 2012

The Bureaucracy? Please, Cut it off


Catatan Geladi Part 1



“Dari kampus mana mas?”

“IT Telkom, Pak”, jawabku lugas.

“Oh STM Telkom. Coba cek apa ada surat magang dari STM?”, jawabnya menyuruh seorang karyawan.

“STM? please deh”, ujarku dalam hati. Tidak berani menyela.

“Ngga ada Pak”, jawab seorang lelaki. Rambutnya putih, tampak lebih tua dari orang gemuk yang sedari tadi kutemui, namun sepertinya ia bawahannya.

“Dari kampus mana tadi?”

“Institut Teknologi Telkom”, jawabku jelas.

“Diman` itu? Surabaya atau Purwokerto?”

oh meeen.. “Di Bandung Pak, mendengar kata Bandung kuucapkan rasanya gimana gitu. Seluruh mata di ruangan langsung tertuju padaku *Masha Allah hehe

“Gini aja, surat copian dari kampusnya diperlihatkan saja Dik?”

“Surat?”, tanyaku bingung,“ngga ada surat apa-apa Pak. Dari kampus sudah dikirim harusnya”, tambahku.

“Hmm, Kok ngga ada ya? Biasanya yang magang dari kampus manapun selalu ada surat keterangan gitu”

“Tetapi dari kampus katanya saya tidak perlu surat apa-apa gitu Pak, langsung menghadap ke kantor Telkom untuk geladi di Divisi Akses”

“Ngirimnya kapan?”

“Kalau tidak salah sudah seminggu lalu, lebih malah”, jawabku pake tampang meyakinkan.

“Kalau tidak ada suratnya kami ya mohon maaf tidak berani menerima adik magang disini sementara waktu. Mungkin bisa minta ke kampusnya dulu Dik”

Fiuuh, aku menghela nafas. Ishh kok gini sih, “Sebentar Pak, saya telpon dosen saya dulu”
Langsung menghubungi dosen pembimbing namun tidak disuruh langsung menghubungi Bu Endang (koordinator geladi 2012 atau Pjnya lah ya hehe)

“Saya lagi rapat, 10 menit lagi nelpon lagi ya”, ujar beliau. Aku sendiri jadinya ngga enak ngerepotin banyak orang. Sementara disini dikira selundupan. Duh rempong bgt gw wkwkkw


“Ditunggu saja Dik, santai” ujar Bapak tadi. Kami pun berbincang-bincang. Dari situ pula ku tau namanya Pak Ali, posisinya Commerce Officer.

Akhirnya aku berhasil menghubungkan Pak Ali dengan Bu Endang. Pak Ali tampak bersikap ramah, “ishh to the point aja Pak, jangan lama-lama Pak, pulsakuuuu”, teriakku dalam hati.

*oia aku lupa cerita. Hal yang bikin ngakak tuh, instruksi kampus sebenernya dsruh ganti kartu jadi Telkomsel lho ketika geladi. Tapi punyaku.... olalaa haha

"Oh STT ya", sekilas terdengar dari Pak Ali dengan Bu Endang.

"Haduuh daritadi harusnya pake nama STT", sesalku

Pak Ali tampak masih bercakap-cakap dengan Bu Endang. Sekilas terdengar, suratnya sudah dikirim ke HR dan Diva Area. Dan ternyata Lumajang, tempatku geladi nih, Hrnya ikut Malang sementara Diva ikut Area Pasuruan.

JeduaaaaaaaarJadi suratnya nyangkut dimana. Derita geladi di kota kecil,

*Tapi ini desaku yang tercinta, pujaan hatiku. Tempat Ayah dan Bunda, dan handai taulanku. Nah kok nyanyi xixixixix

“Jangan ditelantarkan ya Pak mahasiswa kami” ujar Bu Endang. Kata-kata yang begitu melegakan ketika tak sengaja terdengar.

“Ohh tenang Bu, STT khan juga milik Telkom juga” balas Pak Ali diikuti candaan sebelum akhirnya mengakhiri pembicaraan.

Sementara seorang laki-laki muda tampak mendatangi meja bundar tempat kami berdiskusi.

“Ada apa ini Pak?”, tanya beliau.

“Ini adik ini magang tetapi katanya dari kampusnya belum ada surat izin magangnya. Tampaknya masih nyangkut entah di Malang atau Pasuruan ”, celetuk Pak Ali.

 “Kebetulan sekali Pak Bhayun ini juga alumni STT Dik”, tambahnya.

“Iya, saya angkatan pertama”, akunya,” Bhayun”, sahutnya sambil mengulurkan tangan.

“Faizal Pak”, balasku sambil berjabat tangan juga.

kereeen,, alumni kampus ngapain disinii...

“Oh ini buku geladinya ya?”

“Iya Pak.”

“Geladi satu apa geladi dua?”

“Geladi satu Pak”.

“Ya sudah kalau gitu. Ga usah nunggu surat segala deh, biar maksimal dan samean bisa geladi ngga ditunda-tunda karena nunggu suratnya.”

ohhhhhhhhhhhhhhhh meeeen, alhamdulillah akhirnyaaaaaaaa

“Biar saya antar adik ini ke Diva dan tempat-tempat yang ada Pak”, kata Pak Ali.

“Oh iya silahkan”.

Yeayyy

Geladi mode start.

Bye birokrasi, bikin riweuh wae 


*ternyata Pak Bhayun adalah Asisten Manager Telkom Lumajang. Kok cuman asisten? Lalu bukan boznya donk?
Penasaran? Cekidot terus catatan geladi :)

Minggu, 05 Agustus 2012

Jangan Hanya Mendekat, Tapi...




Ramadhan tiba. Bulan penuh berkah dari Allah untuk kita semua.  Diantara bulan-bulan lainnya ialah satu yang teristimewa. Pahala dilipat ganda, sementara segala rangkaian ibadah kan lebih mudah mendekatkan diri kita kepada-Nya.


Dari mulai bangun kita sudah menyiapkan diri berpuasa dengan menyantap sahur, berlanjut dengan shalat shubuh. Selanjutnya, seiring perut yang kosong detik-demi detik selalu teringat bahwa kita sedang berpuasa, menunaikan perintah-Nya. Shalat fardhu dan berbagai ibadah sunnah yang ada, silih berganti hingga waktu akhirnya tiba berbuka. Tak sampai disitu saja, sepertiga malam untuk tarawih, subhanallah begitu luar biasa kedekatan dengan Sang Maha Pencipta.

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), sesungguhnya Aku qoriib (dekat). Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaKu” (QS. Al Baqarah: 186)

Mendekat. Menjadikan setiap langkah kita selalu diiringi dengan kemantapan karena kedekatan dengan Sang Khalik. Begitu sajakah? Sahabat, terkadang kita melupakan potensi yang kita bisa peroleh dari kedekatan itu dengan Allah Swt. Kita bisa berdo'a, meminta, memohon dan mengharap belas kasih dari Sang Maha Kuasa. 

"Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: "Ada tiga orang yang doa mereka tidak ditolak oleh Allah: orang yang berpuasa sampai dia berbuka, pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi)) HR Ahmad dan yang lainnya dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. 


Apa yang kita lakukan?

Lepas tarawih, shalat malam kita di bulan Ramadhan...
Usai shalat fardhu, yang sebenarnya juga waktu yang diijabahnya do'a ...
Di detik demi ketik ketika kita berpuasa ketika kita senggang..


Jangan sia-siakan kedekatan kita dengan-Nya
Yuk berdo'a...


Karena dengan do'a, takdir kita juga bisa berubah.