Catatan Geladi Part 2
Geladi adalah program kurikuler bagi mahasiswa yang telah
menyelesaikan minimal 4 sks di Institut Teknologi Telkom.
Lumajang. Kota kelahiranku ini
menjadi tempat geladiku. Memang berbeda dengan teman-teman lainnya yang
berkesempatan merasakan geladi di kota-kota besar, aku mendapat kesempatan
geladi di kota sendiri yang bisa dibilang kota berkembang, wkwkwk
Mungkin jika geladi di tempat
lain bisa menikmati suasana kota, bertemu dengan perangkat-perangkat baru nan
canggih, para pegawai berpengalaman dengan segudang gelar untuk membimbing di
lapangan. Tetapi alhamdulillah, apapun yang kutemui selalu ada alasan untuk
bersyukur kepada-Nya.
Aku geladi disini sendiri, jadi temanku berbagi hanyalah
anak-anak SMK yang sebenarnya juga tidak mengerti apa yang sedang mereka
kerjakan. *jeduuuar
Yeah maklumlah mereka rata-rata kelas 1 dan 2,,, masih
ababil banget khan... Serunya jadi ikutan
ngerasa a be geh lagi gitu wkwk. Kadang rada kasian juga ngeliat muka-muka
mereka kayak ngeliat eksploitasi bocah yang dipekerjakan. Tetapi ada yang berbeda jika melihat kerja keras mereka, jika dibandingkan kenangan SMA saya yang mungkin terlalu santai. Padahal berapa lulusan SMA yang tidak bisa kuliah sementara tuntutan di luar sudah begitu tingginya?
It's about profesionalism
It's about profesionalism
Disini (tempat geladi gue) peralatan yang ada juga terkesan memang berumur.
Pengadaan baru segala hal memang diperketat, bahkan saat saya geladi pernah tuh
ada pengadaan MSAN baru. Dan itupun ternyata cadangan MSAN dari daerah Surabaya
Selatan. Jadi bukan barang baru.
Contoh lain misalnya masalah kabel nih. Entah kabel tembaga
ataupun fiber optik semua tercatat rapi. Jumlah kabel yang diminta baru oleh
Pekerja Operasional Jaringan (POJ), yakni mitra Telkom masalah jaringan harus
sesuai dengan kabel rusak yang mereka setorkan. Padahal ada kalanya permintaan
kabel baru lebih besar daripada kabel rusak yang disetor ke kantor. Karena
pencurian misalnya. Entah dijadiin kawat jemuran atau benang layangan,
pencurian kabel tembaga masih sering aja terjadi.
lautan kabel di Std Tempeh Lumajang
Untunglah pegawai Telkom memahami situasi yang ada di Telkom
sekarang ini, yang tidak seadidaya dahulu kala. Meskipun beda area kerjanya mereka saling kooperatif
tentang peralatan seperti itu. Mereka merasa satu tubuh, jadi saling membantu
dan menguatkan meski beda daerah, ngga kenal dan ngga pernah ketemu. Mereka
dipertemukan oleh satu hal, yakni profesionalisme kerja. Catat ini!
Dulu pernah ngira, Telkom yang notabene sebuah BUMN yang
cukup terpandang pastilah diisi oleh banyak orang-orang bergelar hebat. Namun
dari geladi ini saya baru sadar, bukan gelarlah yang menjamin kehebatan, namun
profesionalismelah yang menciptakannya.
Yeah tidak semua
yang duduk di jajaran Telkom Lumajang memang berasal dari dunianya. Mayoritas
pegawai lama hanya lulusan SMA atau SMK. Tak semua mengenal konsep jaringan,
transmisi dan telekomunikasi dari dosen mereka di bangku kuliah. Bahkan dari
beberapa orang yang menduduki jabatan officer 2 ke atas (hingga 4) hanya posisi
Asman saja yang mengenyam bangku perkuliahan.
Ketika mendapat penjelasan
tentang teoretis selama geladi pun memang terkesan sekali mereka belajar dari
lapangan, bukan dari buku-buku tebal perpustakaan. Bayangkan, betapa susahnya perjuangan
mereka dahulu. Padahal dengan buku dan dosen yang ada pun terkadang mahasiswa prodi
telekomunikasi masih mengeluh.
Menjalani pekerjaannya, hari demi hari serasa merangkak
perlahan dari bawah. Dengan segala kompetensi tentulah pengabdian itu ingin
diimbangi oleh apresiasi berupa kenaikan pangkat, jabatan dan tentunya gaji.
Namun seorang sarjana bisa saja melampaui mereka. Tak perlu waktu mengabdi
sepanjang mereka, seorang sarjana akan lebih mudah mendapatkan promosi di
Telkom, begitu diungkap beberapa karyawan yang saya ajak berbincang.
Sarjana? Yeah, semacam kita ini. Dengan gelar ini, kita sebenarnya
memiliki nilai lebih. Namun nilai itu bukan dari IPK kita saja yang membuat
kita bisa lebih.
Dengan gelar, kita mungkin akan dipercaya menduduki jabatan
lebih tinggi dari mereka, namun bukan gelar yang menjadikan kita bisa memimpin
mereka. Mengarahkan orang-orang yang lebih senior berkecimpung di dunia kerja,
lebih tua, lebih kaya pengalaman dan lain sebagainya.
One of we need, is profesionalism
Ketahuilah kawan, jika semua orang di Indonesia bisa
mengenyam pendidikan tinggi. Belum tentu kita hari ini ada disini.
Maka bergeraklah atau kau akan tergantikan.
Sarjana atau bukan, profesionalisme bekal kuat dalam menghadapi persaingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar