Tangisku meledak-ledak memecah pilu ...
Kau lahirkan sesosok bayi mungil penuh cinta..
Dari rahimmu, wahai muslimah yang tak kenal menyerah...
Di saat seperti ini..
Kala takbir menggema ke segala sisi...
Kau kuatkan diri menahan sakitmu..
Meregang nyawa demi buah hati yang tlah lama dirindu..
Ketika malam takbir seperti ini, banyak hal yang masuk dalam pikiranku. Satu diantaranya, mengingatkanku atas peristiwa 5 April, sekitar 20 tahun lalu.
Seorang lelaki tampak kebingungan. Keringatnya bercucuran.Saat itu engkau hendak melahirkan. Sementara tak banyak uang ia punya karena pekerjaan tetap yang belum ada. Ia kesana kemari mencari pinjaman, alhamdulillah Ibumu memiliki tabungan dan sama sekali tidak keberatan membantu proses kelahiran cucu pertamanya.
"Operasi harus dilakukan!", kata Dokter, membuat suasana semakin tegang dan hanya bisa berdoa kepada Sang Penguasa Kehidupan.
"Tidak ada jalan lain. Proses kelahiran sudah terlalu lama. Posisi bayi sungsang dan susah untuk dilahirkan secara normal seperti biasa. ", tambahnya.
Lelaki itu tampak berkonsultasi dengan Ibumu, dan beberapa kerabatmu yang ada disana. Ia tak tega melihatmu yang tampak lelah berbaring terlalu lama.
"Lakukan Dok, bismillah", ucapnya dengan pasrah.
Sang dokter pun langsung melakukan tugasnya.
Malam itu pekik takbir terdengar membahana...
Maklumlah Ramadhan telah berada pada ujungnya..
Walau perjuanganmu jauh dimulai sebelum saat itu..
Semua terduduk dan bertakbir sembari menunggu operasimu berlalu..
Dan akhirnya ...........................
"Alhamdulillah telah lahir putera pertama kami, pada hari Ahad, 5 April 1992, 1 Syawal 1412 H . Kami namai dia Muhammad Faizal Ramadhan, semoga menjadi anak yang shaleh, berbakti dan berguna bagi keluarga, agama, negara dan orang-orang sekitarnya", tulis lelaki itu dalam sebuah halaman buku catatannya.
Catatan : Pada tahun 1992 (1412 H), ada yang berhari raya Jumat (3 April) mengikuti Arab Saudi, yang Sabtu (4 April) sesuai hasil rukyat NU, dan ada pula yang Minggu (5 April) mendasarkan pada Imkanur Rukyat.
Hingga akhirnya, bayi itu terus tumbuh dan tumbuh, hingga berkesempatan membaca catatan itu, dan menuliskan tulisan ini.
Ia kini sudah akan memasuki masa dewasa. Masa ketika kesulitan semakin kompleks dan mengisi dan ada di tiap detik-detiknya.
Namun ia masih rapuh. Dengan semua yang ada di hadapannya. Harapanmu bersama lelaki itu, mungkin tak bisa diwujudkannya. Belum! Sekarang, ia terus berjuang untuk menjadi harapanmu. Untuk membentuk dirinya menjadi sosok yang shaleh, berbakti, dan berguna seperti mimpimu yang takkan berubah. Sedari dulu ketika berjam-jam menunggunya tak kunjung lahir dari rahimmu hingga kini ketika kau bersitkan rindu dalam doamu.
Maafkan aku ya Allah...
Beri aku kesempatan lebih...
Untuk wujudkan harapnya seperti dulu dan kini,,
Agar tiada sesal diri ini ada disini...
Jauhkan diri ini..
Dari setiap hal yang membuatnya kecewa dan sedih...
Wahai Sang pembolak-balik kalbu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar