Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Sabtu, 20 April 2013

Sang Amanah





Namaku terpampang indah disana khan? Cihuyyyyy

Kertas tadi memang biasa. Namun isinya yang luar biasa. Maknanya tidak biasa. Dan nilainya yang tak tertukar dengan apa saja. cieee

Tahukah kalian, apa yang pertama kali ku pikirkan ketika mereka (baca: dewan formatur) memilihku? Jingkrak-jingkrak? Nggaklah. Nangis karena nambah kerjaan baru lagi? Nggak juga. Sedih karena berkurangnyawaktu buat nonton anime, baca manga, maen PES dan hal GJ lainnya? Mungkin saja, hehehe

Entah kenapa saat itu aku merasa senang. Allahu robbi, aku senang dengan sang amanah sebenarnya aku sendiri tidak pernah memimpikannya, apalagi sedikitpun merasa mampu mengembannya.


Terlintas terpikir, kapan ya aku akan mengundurkan diri setelah ini? Hingga berapa bulan ya, aku akan kehilangan satu persatu orang yang akan berjuang bersama disini? Apa saja ya program kerja yang hanya jadi pemenuh presentasi musyawarah kerja namun tak terlaksana nanti? Berapa? Kapan? Apa? Bukankah aku sendiri sudah pengalaman menghilang diam-diam? Bukankah tidak pernah menjadi pemimpin sebelumnya? Selalu kabur jika ada yang susah? Jadi....




Namun, pemikiran itu salah. Itu tidak terjadi. Robbi, telah berburuk sangka. Genap enam lima bulan aku memegang sang amanah. Alhamdulillah. Sedikitpun tidak berpikir untuk mundur selangkah saja. Bertemu teman-teman yang luar biasa. Mimpi yang bertambah satu persatu setiap harinya. Semangat, dan terus semangat untuk lebih baik lagi dan lagi. Sungguh indah.

Ketahuilah para pembaca. Bahkan sampai sekarang, beberapa orang masih terheran ternyata aku yang memegang sang amanah.Walaupun sejujurnya, aku tidak peduli keremehan orang, karena aku sendiri merasa pantas untuk diremehkan. Aku justru merasa lebih hidup dengan cacian, kritikan dan remeh temehan. Entahlah. Mungkin karena aku orang yang mudah terbuai oleh pujian, yang sebenarnya perlahan mematikan. Cepat atau lambat, tinggal menunggu waktu.


Terkadang aku ingin melakukan sesuatu

Namun di waktu yang sama tak tahu 

Apa yang kuhasilkan dari pengasinganku

Siapa yang kutunggu dalam diamku


Aku memang takkan bisa berbuat banyak. Aku menyadarinya sejak awal. Jadi, aku tidak takut tak banyak bermanfaat. Menjadi penonton, backup eksekutor atau sekadar pemberi semangat. Aku tidak takut. Sungguh. Namun, aku hanya takut kehilangan semangat untuk berusaha memberi manfaat.


Ketika bisa namun aku enggan melakukannya. 
Ketika salah sementara enggan bermuhasabah atasnya, 
ketika ia sedang lemah tetapi enggan menguatkan dirinya.
Lalu bagaimana kabarmu, amanah...?

Sang amanah takkan pernah memilih orang yang salah, katanya. Memang demikian. Sang amanah takkan pernah diberikan pada orang yang salah. Hanya terkadang, ia perlu diberikan kepada mereka yang pantas. "Yah pantaskan diri donk", sayup-sayup terdengar.suara anggota Raffa Fansclub memberi semangat. Emang ada? hihi :p

Dan poin itu hadir dari proses pemantasan diri. Sang proses ternyata tak cukup lahir dari sebuah sistem dan akan menjadi output lebih baik. Ia tetap membutuhkan input. Masalah, konflik, petuah, dan apapaun yang bisa dipetik tuk dijadikan pembelajaran dan masuk dalam proses itu. Walau bagaimanapun, ada batas ketika kita menerima input mengolah berdasarkan sistem dan membuat output seperti yang diharapkan. Batas yang hanya bisa dipecahkan melalui usaha keras, dan pengorbanan yang selaras. Dan yang terpenting, biidznillah. Dengan izin-Nya, Sang Penguasa.

Seorang pemimpin tak selalu harus yang terbaik, namun harus selalu mempu membuat sekitarnya menjadi lebih baik. Alhamdulillah, mungkin sang amanah tidak sedang dipimpin oleh kualitas yang sama seperti sebelumnya. Ya, pendahulu terkesan selalu lebih mempesona. Aku dalam posisi ini, ataupun engkau dalam posisimu masing-masing, mungkin mengalami hal yang sama kawan. Kita mungkin tidak bisa sehebat pendahulu kita, namun ingatlah kita masih bisa menjadi lebih baik dari kemarin. Biarkan orang membanding-bandingkan, karena mereka tidak bisa menyediakan surga untuk kita, mereka tidak bisa menyediakan pahala, ataupun kebahagiaan yang sempurna.

Selagi ada 1% peluang, maka sebenarnya dalam ilmu matematika itu masih bisa, apalagi untuk Allah, apa sih yang tidak bisa.




Jika engkau menemukan cela pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu. Karena celamu lebih banyak darinya. (Umar bin Khattab ra)


Terus musahabah, terus berkarya..
Karena mungkin lewat amanah yang Ia titipkan pada kita..
Terselip rahmat dan kasih sayang..
Agar kita lebih mendekat kepada-Nya..
Memohon kepada-Nya..
Mengadu dan meminta petunjuk dari-Nya..
Hingga tanpa terasa suatu ketika,
Sang amanah telah saatnya bermuara,



Allah memang selalu memberikan apa yang kita butuhkan, walaupun tidak selalu itu yang kita inginkan. Mungkin juga tentang sang amanah. Lalu bagaimana denganmu kawan? Maukah percaya jika amanahmu adalah jalan dari-Nya untuk membuatmu lebih baik? Saking besarnya rasa sayang yang Allah miliki, hingga masih mau mempercayaimu, memberimu kesempatan. Padahal Dia yang paling mengetahuimu, apa yang dibalik busuknya hatimu, jahatnya niatmu, khianatnya janjimu, namun Ia tetap mempercayaimu. 




Tidak ada komentar: