Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Kamis, 03 November 2011

Ku Petik Rindu Di Setiap Do'amu



Hawa dingin nan beriring. Tak terasa jejak-jejak kaki ini telah lama membumi. Melewati hari demi hari hingga kini seperempat semester tiga telah dilewati. Dan detik demi detik penuh pengorbanan yang silih berganti, takkan hanya menjadi kisah abadi. Ini kisahku. Kisah tentang jiwa yang rapuh. Melewati kehidupan mahasiswa dengan tekad yang masih abu-abu.

Deru semangat di saat itu, masih sayup-sayup terdengar syahdu. Ku kecup tanganmu, dan kurasakan hangatnya kasih sayang diantara bait-bait kata terakhirmu ketika melepasku. “Hati-hati”, seakan itu kata mujarab itu kau ucap dan selalu kuingat dalam memoriku. Mengharap keselamatan, dan tiada hal yang tak diinginkan terjadi kepadaku.

Aku yang rapuh, namun suaramu dari jauh yang selalu menjadi penguat hatiku. Aku tak menemukan kata-kata terbaik tuk melukiskan bahagiaku. Aku mencoba melakukan yang terbaik, untukmu, semua keluarga, dan sahabat yang selalu mendukungku.

Dan ketika langit senja tak lagi cerah, ada kalanya juga diri ini terbelah. Di antara kemalasan yang menjadi, prestasi yang terjal tuk didaki, dan konsistensi yang terus digali, ada harap kalian disana yang selalu percaya padaku. Percaya bahwa tiap tetes keringat yang kau dan ia lakukan untukku takkan sia-sia, sekadar menjadi pelengkap kisah dan tak sedikitpun memberikan asa. Dan ketahuilah, jika hal itu menjadi kenyataan, betapa penyesalan akan tiba. Bahkan mungkin takkan bisa termaafkan diri ini, yang sama saja menjadi beban tanpa memberi sesuatu yang berarti.

Aku memang belum bisa membuatmu bangga, dengan nilai-nilai di atas rata-rata, ataupun selaksa hal positif yang membelalakkan mata. Bahkan, aku lebih sering melagukan keluh nan kesahku ketika lewat senandung manja. Tetapi tak sedikitpun itu membuatmu menolakku ketika menghubungimu.

Aku membelitmu dengan masalah, yang tak bisa ku selesaikan walau diri ini seharusnya bisa lebih bersikap dewasa. Padahal, berkali lipat masalah pasti tlah kau jumpai disana. Duniamu yang membuat duniaku juga ada. Duniamu yang menjadi penyokong duniaku tuk tetap ada. Tetapi tetap, itu tak membuatmu menghindariku.

Dan suatu ketika, petir menyambar dan diri ini terjerembab dalam impian hambar. Aku menyalahkanmu ketika itu. Menyalahkan pilihan yang tlah kita sepakati bersama dan restu yang tlah kau beri untukku. Padahal kau pasti tahu potensiku tak setinggi langit yang ingin kuraih dan tak secepat kilat yang ingin kulangkahi. Tetapi kau tetap mempercayaiku.

Dan diantara sepertiga malam-malam ketika doamu terhempas syahdu, diri ini tetap saja terlelap membatu. Tak sedikitpun kuasa tuk terjaga dan membalas balik doamu kepada-Nya. Dan disana, kau tetap tiada lelah mengirim do’amu. Mengharap Sang Kuasa memberikan diri ini hidayah, dan senantiasa dalam naungan jalan-Nya tuk terhindar dari bahaya. Tiada lelah.



Kontemplasi Hati


Berkalang rasa nan penuh syahdu
Menatap sendu yang temaram mengelebat merdu
Merongrong sunyi ketika sanubari membeku
Hanyut dalam kontemplasi peretas rindu


Berterik mentari, bermalam purnama 
Hati terjerembab, tiada tahu masalah mendekat
Namun secuil kata bersemilir indah
Penyatu kepingan semangat tuk kembali merekat padat


Dan ketika...
Sepertiga malammu menjadi saksi di hadapan-Nya
Dan alunan penuh cinta kau haturkan setulus jiwa
Maka bagaimana diri bisa mendusta,
Bahwa usaha belumlah jua semaksimal yang bisa dilakukan
Namun sejuta keluh kesah yang terlanjur terlontarkan

Kontemplasi hati ini..
Kan buktikan semuanya lebih baik lagi...


Tidak ada komentar: