Totalitas, dimanakah dirimu?
Termangu aku terdiam membisu
Menantimu bangkit memenuhi jiwaku
Perkenalkan namaku Raffa, bukan nama sebenarnya. Seorang mahasiswa., seorang yang mungkin masih perlu banyak belajar tentang totalitas dalam kesehariannya.
Aku menghargai sebuah totalitas secara mahal, sesuatu yang luar biasa untuk dilakukan. Ia bukan sekadar bersumber dari cinta, atau keinginan yang kuat melaksanakan apa yang harus dilakukan. Ia lebih dari kesadaran, atau melakukan sesuatu tapi tanpa kejelasan yang mendalam. Ia bukanlah ketergesaan, ataupun sekadar keterpaksaan. Lalu siapakah dia?
-----------------------------------
*curcol
Suatu ketika aku merasa banyak agenda. Agenda ini dan itu berdekatan. Semuanya berbaris rapi seperti semut di dinding kamar. Ada jeda sih, tapi ada sesuatu yang susah dijedakan. Apakah itu?
Pas lagi ngerjain agenda pertama, pikiranku melayang karena agenda kedua blm siap,,, Pas ngerjain agenda kedua, hp berbunyi jadi pikiran kesana kemari. Haduhhh jadi ngga fokus dan ngga maksimal.
Padahal totalitas pengen bgt dilakukan tapi...............
------------------------------------
Demikianlah. Totalitas bukan semata-mata lahir dari perencanaan, tetapi implementasi yang sungguh-sungguh di lapangan. Saya baru menyadari, ketika kita masuk ke ranah agenda pertama, kita harus fokus melakukan agenda itu sebaik-baiknya. Jangan dipotong-potong untuk agenda kedua, ketiga dst saat yang penting dan genting.
Banyak hal yang akan dikorbankan ketika totalitas tidak kita lakukan.
Waktu dan tenaga yang terbuang
kita sudah merasa menyisihkan waktu di antara padatnya agenda yang ada. Tetapi apa apa yang kita lakukan sepertinya tak tampak hasilnya sesuai keinginan semula. Padahal sang waktu begitu mahal untuk dibuang-buang, dan harusnya waktu yang kita sisihkan bisa mencapai targetan yang kita harapkan sesuai awal ketika kita membuat agenda tersebut.
Juga tenaga kita, nikmat kesehatan yang kadang-kadang kita pandang sebelah mata.
Ukhuwah dengan sekitar
Kita melakukan banyak kegiatan pasti berhubungan dengan orang lain. Dan ketika kita merasa melakukan yang terbaik sementara patner kita seperti ala kadarnya saja, ogah ogahan, bagaimana perasaan kita?
Hal yang sama boleh jadi kita lakukan jika totalitas tidak kita berikan. Melukai orang lain, mengecewakannya atau mungkin bisa merusak hubungan baik kita dengan mereka.
Sebuah kisah tentang dari Rasulullah ketika berinteraksi dengan orang lain. Semua orang yang berinteraksi dengan Rasulullah selalu merasa dirinya istimewa di depan Rasul. Mengapa? Karena memang Rasulullah memperhatikan, mendengarkan dan menghargai orang tersebut hingga pembicaraan itu selesai.
Lihatlah, Rasulullah aja pas ngobrol selalu totalitas. Gimana pas ngelakuin hal lain coba. Subhanallah sekali bukan?
3. Penyesalan
Setelah tenaga, waktu dan pikiran kita curahkan tetapi rasanya kok ngga ada perubahan.
Jenuh? Galau? Nyesek?
Ujung-ujungnya nyesel khan.
Syukur deh kalau nemu masalahnya apa dan bisa dievaluasi. Tapi kalau ngga sadar bisa berbahaya.
Bukan cuman buat diri kita sendiri tetapi orang lain juga.
-----------------------------------------------
Totalitas
Ia adalah azzam, sebuah tekad kuat yang diiringi implementasi yang sungguh sungguh dengan penuh keikhlasan.
Karena berhubungan dengan keikhlasan, tentunya ia berhubungan dengan level ruhiyah kita saat agenda itu kita jalankan.
Emang iya?
Wallahu A'lam
Ngga tau sih, tapi aku ngerasa gt cuy......
Satu diantara quote yang aku sukai, dan ada dalam bagian atas blog ini.
Artinya kira2 gini
Kita ngga akan bisa balik lagi dan membuat sebuah permulaan baru. Tetapi kita bisa memulai saat ini dan membuat akhir yang baru.
Yuk semangat cuy :D
Jadikan hari esok lebih baik
Aku menghargai sebuah totalitas secara mahal, sesuatu yang luar biasa untuk dilakukan. Ia bukan sekadar bersumber dari cinta, atau keinginan yang kuat melaksanakan apa yang harus dilakukan. Ia lebih dari kesadaran, atau melakukan sesuatu tapi tanpa kejelasan yang mendalam. Ia bukanlah ketergesaan, ataupun sekadar keterpaksaan. Lalu siapakah dia?
-----------------------------------
*curcol
Suatu ketika aku merasa banyak agenda. Agenda ini dan itu berdekatan. Semuanya berbaris rapi seperti semut di dinding kamar. Ada jeda sih, tapi ada sesuatu yang susah dijedakan. Apakah itu?
Pas lagi ngerjain agenda pertama, pikiranku melayang karena agenda kedua blm siap,,, Pas ngerjain agenda kedua, hp berbunyi jadi pikiran kesana kemari. Haduhhh jadi ngga fokus dan ngga maksimal.
Padahal totalitas pengen bgt dilakukan tapi...............
------------------------------------
Demikianlah. Totalitas bukan semata-mata lahir dari perencanaan, tetapi implementasi yang sungguh-sungguh di lapangan. Saya baru menyadari, ketika kita masuk ke ranah agenda pertama, kita harus fokus melakukan agenda itu sebaik-baiknya. Jangan dipotong-potong untuk agenda kedua, ketiga dst saat yang penting dan genting.
Banyak hal yang akan dikorbankan ketika totalitas tidak kita lakukan.
Waktu dan tenaga yang terbuang
kita sudah merasa menyisihkan waktu di antara padatnya agenda yang ada. Tetapi apa apa yang kita lakukan sepertinya tak tampak hasilnya sesuai keinginan semula. Padahal sang waktu begitu mahal untuk dibuang-buang, dan harusnya waktu yang kita sisihkan bisa mencapai targetan yang kita harapkan sesuai awal ketika kita membuat agenda tersebut.
Juga tenaga kita, nikmat kesehatan yang kadang-kadang kita pandang sebelah mata.
Ukhuwah dengan sekitar
Kita melakukan banyak kegiatan pasti berhubungan dengan orang lain. Dan ketika kita merasa melakukan yang terbaik sementara patner kita seperti ala kadarnya saja, ogah ogahan, bagaimana perasaan kita?
Hal yang sama boleh jadi kita lakukan jika totalitas tidak kita berikan. Melukai orang lain, mengecewakannya atau mungkin bisa merusak hubungan baik kita dengan mereka.
Sebuah kisah tentang dari Rasulullah ketika berinteraksi dengan orang lain. Semua orang yang berinteraksi dengan Rasulullah selalu merasa dirinya istimewa di depan Rasul. Mengapa? Karena memang Rasulullah memperhatikan, mendengarkan dan menghargai orang tersebut hingga pembicaraan itu selesai.
Lihatlah, Rasulullah aja pas ngobrol selalu totalitas. Gimana pas ngelakuin hal lain coba. Subhanallah sekali bukan?
3. Penyesalan
Setelah tenaga, waktu dan pikiran kita curahkan tetapi rasanya kok ngga ada perubahan.
Jenuh? Galau? Nyesek?
Ujung-ujungnya nyesel khan.
Syukur deh kalau nemu masalahnya apa dan bisa dievaluasi. Tapi kalau ngga sadar bisa berbahaya.
Bukan cuman buat diri kita sendiri tetapi orang lain juga.
-----------------------------------------------
Totalitas
Ia adalah azzam, sebuah tekad kuat yang diiringi implementasi yang sungguh sungguh dengan penuh keikhlasan.
Karena berhubungan dengan keikhlasan, tentunya ia berhubungan dengan level ruhiyah kita saat agenda itu kita jalankan.
Emang iya?
Wallahu A'lam
Ngga tau sih, tapi aku ngerasa gt cuy......
Satu diantara quote yang aku sukai, dan ada dalam bagian atas blog ini.
Artinya kira2 gini
Kita ngga akan bisa balik lagi dan membuat sebuah permulaan baru. Tetapi kita bisa memulai saat ini dan membuat akhir yang baru.
Yuk semangat cuy :D
Jadikan hari esok lebih baik
4 komentar:
biasa fa, derita orang sibuk.. :D
hayoo bs multitasking ga?
biasanya klo cowo si emg lbh sulit bwt multitasking
haha,, perlu belajar ama kamu nih yunn,, gmna caranya begituan :D
hahaha,,gtw juga,,sifat alami itu kyknya mah..yang aku pelajari si, cowo itu otaknya udah terkotak-kotak untuk suatu masalah, jdnya mikirnya satu-satu, lebih fokus. klo cewe smwnya dipikirin..hahaha jd klo udah ga sanggup nampung jdna cerewet(kbanyakan si gitu,tp bukan berarti mengeneralisasi juga):D
Posting Komentar