Memasuki dunia perkuliahan ibarat memasuki mall, hypermarket atau semacamnya. Berbagai macam hal akan kita jumpai, berbagai kalangan kan kita temui, berbagai halangan kan kita dapati. Segalanya ada. Tergantung kita bagaimana memilih. Memang banyak yang negatif, tapi tak sedikit yang positif.
Bersyukurlah jika kita termasuk orang yang bisa menuntut ilmu di bangku perkuliahan yang jauh dari tempat kita berasal. Disitulah masa terindah kan rasakan. Masa – masa awal dimana kita merasakan kebebasan, sekaligus masa – masa dimana tanggung jawab besar berada di pundak kita. Di saat inilah takkan ada lagi orang tua yang selalu mengingatkan, membantu dan mengarahkan kita. Bahkan bagi yang kuliah di kota besar, tak kan banyak lagi didapati teman yang bisa menjadi sahabat yang bisa mengingatkan di kala suka, dan pelipur di kala lara.
Dosenpun jauh berbeda dengan guru yang biasa kita temui di sekolah yang mana cenderung lebih “care” terhadap anak didiknya.
Lalu bagaimanakah harusnya kita melangkah?
Jika dirujuk dalam sebuah hadist
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, niscaya (perbuatan baik) akan menghapusnya (perbuatan buruk). Dan berperilakulah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan al Tirmidzi, beliau menghasankannya).
Jadi our future is really on our hand. Semuanya bergantung pada kita. Menjadi sosok seperti Azzam dalam film(bukan sinetron)KCB yang cerdas, sukses tetapi tetap tawadhu’ bukanlah hal yang impossible. Tinggal kita apakah mau memilah dan memilih apa yang baik bagi kita sesuai tuntunanNya.
Segala kekhawatiran termasuk di dalamnya tentang pergaulan di kota yang cenderung “bebas” akan sirna. Biarlah pergaulan mereka tak Islami. Jadikan diri lebih Islami dulu hingga nanti siap tuk membuat perubahan terhadap yang kurang Islami.
Tapi ingatlah satu hal, tetaplah waspada dan waspada. Sebelum saya berangkat ke Bandung tuk kuliah kedua nenek saya dari tempat yang berbeda mengingatkan satu hal yang sama. Agar berhati-hati terhadap wanita. Agaknya lirik lagu The Changcuters “Wanita racun dunia, karena dia bisa butakan semua” benar adanya. Mungkin nenek saya telah menyadari beliau pun pernah menjadi racun bagi kakek saya dulu hehehe
Penampilan bisa menipu. Tutur kata bisa menghasud. Tingkah laku bisa mengelabui. Tapi semuanya jangan menghentikan langkah tuk selalu khusnudzon terhadap orang lain. Tetap ramah, arif dan suka membantu. Insya Allah akan dimudahkan jalan kita menuntut ilmu di tanah perantauan, tanah orang, daerah yang asing dengan keseharian kita.
Selain itu, tetap harus kita evaluasi perjalanan kita. Tentunya sebelumnya harus ada target. Jangan tanggung-tanggung, targetkan “cumlaude” mengingat persaingan di dunia kerja makin sengit. Analisislah ada target yang belum tercapai ataupun target yang tercapai atau bahkan melebihi target sembari menyempurnakan langkah tuk mencapai target itu. Semua itulah pandangan visioner yang paling membedakan mahasiswa dan siswa.
“Jangan bangga dapat IPK tinggi tanpa pemahaman tinggi pula”. Begitulah kata-kata yang pernah ku baca. Memang saat mahasiswa semuanya berbeda karena tanggung jawab kita makin besar. Sedikit saja kurang pemahaman bisa jadi mendzolimi diri kita dan orang lain karena aplikasi dari ilmu yang kita dapatkan akan diuji dengan pekerjaan yang kita nanti. Ibarat dokter yang melakukan malpraktek, apapun pekerjaan akan fatal jika tak didasari ilmu yang mumpuni.
Hmm…
Saya sebenarnya juga mahasiswa baru, baru bermetamorfosa dari siswa biasa. Tulisan ini bukan bermaksud sok tahu tapi adalah rangkaian hasil interview dari kakak kelas juga hasil mentoring dan liqo’. Mohon maaf jika ada kekurangan. Moga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar