Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Sabtu, 06 November 2010

Surat Cinta Untuk (Mantan) Calon Pacarku


Assalamu’alaikum wr. Wb.

Salam sejahteraku untukmu, wahai wanita yang tlah dipilihkanNya tuk kucintai. Bagaimana kabarmu? Sehat bukan? Semoga langit cerah masih kau bisa nikmati disana walau awan gelap terkadang silih berganti menghampiri.

Alhamdulillah jika memang kau baik saja disana. Setelah sekian lama akhirnya kuberanikan diri menuliskan surat ini. Lama memang. Aku pun tak tahu mengapa, aku menjadi berani. Setidaknya kini. Padahal tak ada jaminan kau akan membacanya. Maka maafkanlah kelancangan diriku jika ini justru mengganggumu.

Masa remajaku memang sangat indah. Indah karena saat mulai merasakan rasa indah itu engakaulah yang dipilihkanNya untukku. Balutan jilbabmu, dihiasi sikap ramahmu dan manis senyummu seakan mengalihkan duniaku. Kata – katamu selalu terngiang dalam benakku. Terukir dan terpatri dalam memoriku. Bahkan momen pertemuan denganmu selalu kunanti dan kunanti. Tak bisa ku hindari walau tlah ku coba tuk menghindari. Tak bisa ku berdalih karena begitu adanya dalam diri. Detak jantung mengencang walau bukan di dalam medan perang. Hingga salah kata dan tingkah terjadi di depanmu karena duniaku teralihkan olehmu.


Seperti layaknya remaja kebanyakan aku pun awalnya ingin memadu kasih denganmu. Mengisi hari-hari sepiku dengan tawa indahmu. Menikmati setiap kebersamaanku denganmu. Aku tahu saat orang-orang lain mendekatimu, mengungkapkan perasaannya kepadamu. Hingga akhirnya mereka pun menanti jawabanmu. Tapi tahukah engkau disaat itu aku pun juga was-was menanti jawabanmu atas mereka? Menanti dengan secuil harapan dalam angan. Sebuah angan kecil yang terselip dalam kalbu. Namun akhirnya lega juga saat tiada satu pun dari mereka yang kau terima. Seakan harapan itu masih ada. Aku tak tahu alasanmu, aku memang merasa tak perlu mencari tahu.
Bukannya aku tidak melakukan apapun. Bukannya aku tak mencoba menghadirkan kesempatan. Bukannya pula bersikap pengecut tuk mengungkapkan perasaan ini kepadamu. Konyol memang, bahkan aku tak melakukannya walaupun sebenarnya tak mesti pula kau kan menerimaku. Tapi cukuplah kau ketahui alasanku. Sebuah alasan sederhana, tapi sangat besar artinya bagiku.
Ketahuilah jika aku hanya takut. Ketakutan ini menyulapku menjadi risau, gundah dan tak beraturan.

Tapi bukan takut kepadamu. Bukan pada mereka yang juga memendam perasaan kepadamu. Bukan pula kepada orang tuamu. Tapi ketakutanku hanya satu, pada yang Maha Cinta yang memberikanku kesempatan tuk mencinta. Atas rahmatNya hingga kini aku masih menghela nafas, menikmati indahnya alam dan berjuang meraih mimpiku. Aku pun tahu pastilah kau punya mimpi itu juga. Mimpi yang hendak kau raih, dan membahagiakan sekitarmu. Maka tak bisalah kita mengindahkan laranganNya. Aku percaya dan ku yakin engkau percaya, Dia kan memberikan kita yang terbaik. Selagi kita masih beriman kepadaNya, beramal sholeh serta berikhtiar mengarungi hidup. Maka tak pantaslah aku melakukan sesuatu sebelum waktunya. Yang malah menjerumuskan pada keburukan.


Terlebih aku tak lebih dari seorang yang masih bergantung kepada orang tuaku. Akulah harapan mereka. Betapa durhakanya jika tuk memenuhi harapan mereka saja tak bisa. Sementara pengorbanan mereka begitu besarnya kepadaku.

Kini waktu tlah cukup lama berlalu. Seiring jarak dan waktu yang memisahkan kita, pasti telah banyak hal kau lewati. Banyak hal yang ku tak ketahui tentangmu seperti dulu. Mungkin kau akan atau bahkan telah bertemu seseorang sesuai idamanmu. Seorang yang memenuhi segala kriteriamu sehingga ideal tuk disisimu hingga kelak jadi pemimpin rumah tanggamu. Seseorang yang kan mendampingimu mengarungi hidup dan menjadi ayah dari anak-anakmu.


Sejujurnya aku tak berharap banyak tuk menjadi orang itu. Walau sebenarnya memang Terlebih lagi kau pantas mendapat lebih baik dariku. Tapi ketahuilah apabila memang takdirNya kan menyatukan kita, disaat itu ku kan siap sedia. Aku kan belajar dan terus berbenah. Hingga saatnya nanti tatkala takdirNya tlah terlaksana aku tlah siap kembali menjadi pacarmu. Bukan hanya sekadar pacarmu, tapi pendamping di tiap hari-harimu. Dan kita pun bebas berpacaran secara halal dengan mensyukuri nikmat mencinta yang tlah diberikanNya dengan semestinya.

Hanya itu yang ingin ku sampaikan. Semoga hari-harimu selalu dalam naungannya di tiap langkah kebaikanmu.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tidak ada komentar: