Waktu kian terasa cepat berlalu.
Detik-detiknya seakan beriringan dengan aliran darah yang menyebar ke segala
penjuru. Tak terasa, apalagi di kala kesibukan bergemuruh.
Sedari pagi, Dani hanya menyepi
di kamarnya. Sendiri. Hanya ditemani lembaran demi lembaran catatan dan latihan
soal. Separuhnya hasil fotokopi, sementara sebagian kecil lainnya hasil goresan
tangannya sendiri. Semester ini ia bertekad untuk lebih baik lagi. Tekad yang
sama seperti sebelumnya dan selalu mengemuka jelang ujian tiba.
“Dosen semester ini menyebalkan
banget ya”, ujar Toni di perjalanan menunggu kelas.
“Kok bisa?”
“Yah gitu, udah banyak yang
telat, eh nelat ding. Trus ngajarnya ngga jelas lagi”, sambungnya menggerutu.
Dari mukanya Dani hanya bisa mengerti betapa sebal temannya yang satu ini.
“Mungkin hanya oknum dosen yang
gitu Ton”, balasnya, mencoba menenangkan.
Sementara mereka telah sampai di
ujung kelas. “Tuh liat sendiri khan”, deru Toni seraya menunjuk pengumuman yang
ditulis di papan kelas.
“Kelas hari ini ditiadakan. Kelas
pengganti akan didiskusikan di pertemuan selanjutnya”, begitu isinya.
“Ahhh sialaah, gw udah mandi
pagi-pagi nyampe sini dosen malah ngga dateng”, kata Toni dengan kesalnya.
“Yaudah
kita makan aja deh”
“Iya nih,
gw bela-belain nahan lapar demi kelas pagi”.
Dani
enggan ikut menggerutu seperti Toni tadi. Entah mengapa, ia lebih tertarik
mengikuti kata-kata kak Salman, rekan mengajinya atau biasa disebut murobbi.
“Apakah jadi
datang sang dosen bila kita mengumpat sekalipun? Tidak. Bahkan bisa memunculkan
benih-benih kebencian kita kepada mata kuliah yang sebenarnya tidak bersalah
apa-apa. Mata kuliah tersebut adalah ilmu. Ilmu datangnya dari Allah. Sesuatu
yang berasal dari Allah adalah kebaikan. Maka mengapa kita malah mencoba
memunculkan kebencian terhadap kebaikan?” kata beliau ketika itu.
“Lalu
ketika menerima sang dosen apa adanya, dan membuat kita lebih giat berusaha,
apa salahnya?”
.................................................................
Miapah kamue koeliah?
Jika ditanya seperti itu, pasti
akan dijawab demi masa depan yang lebih baik, demi orang tua, demi mensyukuri
nikmat Allah berupa kesempatan untuk kuliah, dan yang paling parah jawab “miamu
donk ayang”. Hueks alays gilak haha
Intinya semua kita lakukan demi
mencapai kebahagiaan di masa yang akan datang. Itulah yang Dani dapatkan dari
seorang teman yang ia kenal dari dunia maya.
“Makanya nikmatin aja kuliah.
Bikin kuliah loe juga happy”, katanya.
“Ihh ngga lulus-lulus donk gw
nanti. Ogah ah”, kilah Dani.
“Dunia itu ibarat penjara bagi
orang-orang sukses. Jika memang kuliah membuat kita terpenjara, ya wajar
jadinya. Hahaha”, celetuk Dani di depan teman-teman kelas sambil menunggu dosen
tiba.
“Ihh ogah ah, gue hidup cuman
sekali. Kemanapun enaknya ya happy”, kilah seorang temannya.
“iya, udah kuno begituan Dan.
Sekarang ngga musti susah-susah juga kali. Peluang usaha banyak ngga hanya di
bidang yang kita kuliahin”
“Emang kalo usaha juga udah pasti
berhasil gitu”.
“Hahaha, kalo gagal ya tinggal
minta backup dana bonyok dah haha”
“zzzzzzzzzz”
..................................................................................
“Kak, menghadapi dosen yang
malas-malasan itu gimana sih? Dani ngga mau mengeluh sebenarnya, tapi khan
beliau dateng selalu telat. Ngajar ngga pernah enak. Kuisnya dadakan, dan PR
banyak namun ngga tau hasilnya. Udah dijadiin bungkus kacang kayaknya tuh PR.
Jadinya ikut malas bawaannya untuk belajar sendiri.
Kak Salman tersenyum
mendengarnya. Tadi Dani memang menginformasikan untuk datang lebih awal
sehingga bisa berkonsultasi.
“jadi ingat tentang senior kakak
nih Dan. Seperti hadist yang kita pelajari pekan lalu bahwa dunia itu seakan
penjara bagi orang-orang mukmin, nah ini bisa nguati juga Dan.
“Ia kak, apaan tuh?”
“Di atas cobaan yang kita hadapi,
pasti ada yang menghadapi cobaan yang lebih dari kita. Kamu tahu itu khan?
“Iya kak tahu”
“Nah, yang bikin kita bisa move on
dengan mudah tuh ya kecepatan awal kita bisa melaju sampai saat ini karena
tinggal ngatur ngasih percepatan berapa aja agar sebanding dengan perlambatan.”
“hah, apaan kak maksudnya. Fisika
banget T.T “
“jika kita melaksanakan kuliah
dengan niat yang tepat, harusnya faktor dosen ngga jadi masalah lho”
“hmmm, kok gitu”
“Yah, karena ngga ngaruh.
Terserah mau dosen gimana, yang penting kita tetap berusaha karena ada hal lain
yang selalu membuat kita sedemikian rupa”.
“Nah apaan tuh kak?
“Itu yang kita bahas hari ini.
Nanti deh tunggu temen-temen lainnya ya”
Zzzzzzzzzzzzz
Demi apa kuliah? Demi deretan A yang memesonakah saja? Atau mencoba melakukannya untuk hal yang lebih besar lainnya?
Melakukannya demi yang memberi kita nikmat sedari membuka mata di pagi hingga menutup mata di kala petanglah jawabannya
Selalu ada jalan, dan tidak pernah ada yang tidak mungkin untuk-NyaDan sekarang tergantung saya, karena berpangku tangan dan berjuang takkan pernah sama
Begitulah Dani tulis di resume liqo’nya hari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar