Halaman

Assalamualaikum, welcome

Sebuah eksplorasi hati...

Selasa, 26 Februari 2013

Senjata Ampuh Itu Bernama Keberanian


Mentari perlahan meninggi. Ahad pagi. Kampus didatangi masyarakat yang menikmati udara pagi. Salah satu sudut kampus tampak ramai. Seperti biasa, sekelilingnya memang sering digunakan sebagai jalanan untuk lari. Danau.

Danau itu baru setahun berdiri. Untuk resapan air katanya. Dan memang menjadi daya tarik tersendiri karena letaknya yang strategis diapit 4 kampus sekitarnya. Mahasiswa juga tak jarang memanfaatkan fasilitas di sekitarnya untuk kegiatan organisasi atau komunitasnya. Sebuah komunitas tampak melakukan upgrading

Mereka berkumpul di jembatan yang dibangun di atas danau sedari pagi. Fyi, Upgrading adalah kegiatan outdoor yang biasa dilakukan untuk meningkatkan kekompakan dan menjaga kebersamaan suatu kelompok. Biasanya mereka melakukan games, olahraga bersama dan bercanda ria.

Menyenangkan. Itulah yang bisa tergambarkan dari raut muka yang hadir disana. Tampaknya komunitas itu melakukan upgradingnya dengan baik, sesuai yang pasti mereka rencanakan sebelumnya.

Namun, skenario tak berjalan sesuai rencana. Atau mereka bahkan tidak tahu. Ya mungkin. Ketidaktahuan acapkali menjadi penyebab, namun ketidakacuhan juga tak kalah sering menjadi musabab. Seorang akhwat berjilbab terlihat protes terhadap games yang diberikan. Singkat. “Kak, saya khan berjilbab... “, begitu kira-kira kata-katanya. Sepertinya games yang ada memang terkesan kurang menjaga posisinya. Aku hanya terbengong takjub mendengar suaranya sayup-sayup. “Subhanallah”

Tampaknya, panitia segera memakluminya. Syukurlah. Ia tampak tak ambil bagian dari games yang satu itu.
Pagi itu, aku mendapat pelajaran yang berharga. Ini tentang keberanian. Bayangkan kawan jika perempuan tersebut malu, sungkan, dan merasa takut untuk mengucapkan. Dia masih bisa berkata spontan, mencari alasan cerdas, tidak berbelit dan bisa dimengerti lainnya yang mungkin belum paham. Jika tidak? Boleh jadi permainan yang keterlaluan bisa diikuti walau dengan keterpaksaan.

Ketahuilah, permainan dengan dalih untuk merekatkan malah terkesan berlebihan sudah sering adanya. Tidak munafik, setan sangat lihai membuat kesan menyenangkan apabila tlah perlahan menjurus ke arah yang kurang pantas dilakukan.

Seperti halnya berdiri di atas kertas koran terbatas untuk satu kelompok yang ada anggotanya perempuan juga. Pantaskah?

Disinilah kita bisa memetik hikmah.

Kita sudah diberikan senjata terbaik untuk menjaga diri kita. Dari segala bentuk apapun yang mengundang bahaya. Bagi kawan perempuan tadi, ialah jilbabnya. Bukan menjadi pembatas baginya untuk bersenang-senang, namun jadi pelindung ketika memang ia gunakan. Boleh jadi teman yang belum berjilbab akan bingung mencari alasan apabila berhadapan dengan kondisi yang sama, mengharuskan terlalu berdekatan dengan lawan jenisnya.

Namun senjata itu tidaklah berguna. Sama sekali yakinlah, jika tanpa ada keberanian yang menyertainya. Dengan kata lain, mereka adalah satu paket tak terjual terpisah agar bisa bermakna.

Lalu darimana datangnya keberanian itu?
Tentunya ia takkan datang dari keraguan. Ia takkan pula datang dari sikap penakut dan pengecut yang tumbuh beserta lemahnya iman.

Karena tahukah kawan, bahwa keberanian adalah salah satu kekuatan. Tentunya tiada kekuatan terbesar melainkan yang bersumber dari Allah, bukan?

Lalu seberapa beranikah kita menjadikan nikmat iman dan islam yang tlah ada menjadi penyuara kebenaran? Atau kita malah masih ragu dan malu? Jika kita sendiri masih belum bisa meyakinkan diri ini, bagaimana bisa membuat mereka mau belajar memahami?

Yuk, terus perkuat diri kita. Agar sekitar kita menjadi terjaga, sesuai Quran dan sunnah rasul-Nya.


Tidak ada komentar: